SANGATTA, SudutKaltim – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), dr Bahrani Hasanal memberikan pencerahan mengenai urgensi pencegahan dan penanganan stunting, terutama di Kutai Timur yang sempat mencatatkan persentase anak stunting tertinggi di Kalimantan Timur, yakni mencapai 27,5 persen.
Stunting, yang merupakan kondisi gagal tumbuh baik secara fisik maupun otak pada anak, seringkali terkait dengan masalah malnutrisi dan infeksi kronis non-endokrin. Bahrani menekankan bahwa stunting bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan dengan mudah seperti penyakit pada umumnya.
“Penting untuk memahami bahwa penyembuhan stunting tidak semudah penyakit lain. Oleh karena itu, pencegahan menjadi langkah yang harus kita maksimalkan,” ungkapnya.
Bahrani menyoroti peran penting nutrisi dalam mencegah stunting, terutama sejak ibu hamil. Menurutnya, pencegahan stunting bisa dimulai dengan memastikan ibu hamil mengonsumsi makanan dengan nutrisi yang cukup. Nutrisi ini berperan tidak hanya dalam pertumbuhan fisik anak, tetapi juga dalam perkembangan otak dan kemampuan intelijensinya.
“Stunting bukan hanya menghambat pertumbuhan fisik anak, tapi juga berpotensi menghambat perkembangan kemampuan intelektualnya,” jelasnya.
Bahrani memberikan perumpamaan untuk menyoroti dampak stunting, menyatakan bahwa 10 anak stunting hanya mampu menyelesaikan satu pekerjaan yang bisa diselesaikan oleh seorang anak normal. Hal ini menegaskan bahwa stunting tidak hanya berkaitan dengan pertumbuhan fisik, melainkan juga kemampuan intelektual anak.
“Ini bukan hanya masalah kesehatan anak, tapi juga masalah kualitas Sumber Daya Manusia di masa depan. Jika tingkat stunting tinggi, kita berisiko melahirkan generasi yang akan mengalami kegagalan,” tegasnya.
Bahrani juga menyoroti target nasional yang telah ditetapkan oleh presiden, yakni menekan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024. Menurutnya, ini bukan hanya persoalan kesehatan semata, tetapi juga berkaitan erat dengan pembentukan generasi yang unggul di masa depan.
“Angka stunting yang tinggi menjadi persoalan serius, karena berdampak pada kualitas generasi mendatang. Ini adalah tantangan besar yang harus diatasi bersama,” ungkapnya.
Dinkes Kutai Timur di bawah kepemimpinan Bahrani intensif melakukan upaya pencegahan stunting, terutama melalui program edukasi kepada ibu hamil dan masyarakat. Pendidikan mengenai pentingnya nutrisi dan perawatan pada masa kehamilan menjadi kunci dalam mengatasi masalah stunting.
“Kita tidak hanya fokus pada upaya medis, tetapi juga melakukan pendekatan edukatif agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya peran nutrisi sejak dini,” tambahnya.
Dengan seriusnya mengatasi stunting, Dr. Bahrani dan Dinkes Kutai Timur berharap dapat menangkal lahirnya generasi yang menghadapi masalah kesehatan dan kualitas hidup. Melalui upaya pencegahan, diharapkan persentase stunting dapat turun signifikan dan mewujudkan visi kesehatan yang lebih baik untuk anak-anak Kutai Timur. (AD01/ Kutai Timur)