SANGATTA, SudutKaltim – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Timur tengah gencar dengan upaya penurunan angka stunting sebagai bagian dari prioritas program kesehatan di Kutai Timur (Kutim). Stunting, kondisi kekurangan protein jangka panjang, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan, menjadi fokus utama untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan optimal pada anak-anak di Kabupaten Kutai Timur.
Kepala Dinkes Kutai Timur, dr Bahrani Hasanal, menjelaskan mengapa mereka fokus pada rentang usia 1000 hari pertama kehidupan. Ini karena pada masa tersebut, pertumbuhan dan perkembangan otak mencapai 70-80 persen. Melewatkan fase ini dapat mengakibatkan kesulitan mencapai 20-30 persen perkembangan otak selanjutnya.
“Besaran perkembangan otak pada seribu hari pertama sangat krusial. Jika terlewatkan, maka perkembangan selanjutnya akan sulit dicapai. Kita yang rugi,” ungkap Bahrani.
Keteledoran orang tua terhadap pertumbuhan anak bisa berdampak serius. Anak-anak yang seharusnya menjadi generasi unggul dapat mengalami penurunan tingkat intelektual jika kebutuhan gizi dan protein pada seribu hari pertama tidak terpenuhi.
“Keteledoran dalam memenuhi kebutuhan gizi dan protein pada seribu hari pertama dapat mengakibatkan besarnya anak memiliki intelektual yang rendah dibandingkan orang normal,” jelas Bahrani.
Dinkes Kutai Timur menjalankan sejumlah program pencegahan stunting sejak dini. Ini termasuk pemberian makanan tambahan untuk balita dan ibu hamil. Sebagai langkah awal, Dinas Kesehatan juga menerapkan pengecekan kesehatan bagi calon pengantin (Catin), terutama perempuan, sebelum menikah.
“Sebelum menikah, Catin perempuan harus menjalani pengecekan kesehatan. Jika ada kekurangan darah atau anemia, kami memberikan tablet tambah darah. Jika terdapat kekurangan gizi, kami memberikan tambahan makanan atau memberikan edukasi untuk meningkatkan gizi calon ibu,” tambahnya.
Bahrani menekankan pentingnya edukasi kesehatan bagi remaja putri. Calon pengantin perempuan harus dipastikan dalam keadaan sehat sebelum menikah. Dengan begitu, diharapkan nantinya mereka dapat melahirkan bayi-bayi yang menjadi generasi unggul.
“Pentingnya perhatian serius terhadap kesehatan Catin, khususnya perempuan, karena 70 persen hamil di tahun pertama pernikahan. Calon ibu perlu dipersiapkan dengan baik sejak awal untuk melahirkan generasi unggul,” pungkas Bahrani. (AD01/ Kutai Timur)